Kubuka jendela apartemenku yang berembun. Kuhirup udara segar Kota Hozumi yang dihujani titik-titik salju. 3 bulan sudah kulewati hari demi hari di sebuah kota kecil yang terletak di Pulau Honshu, pulau terbesar di negara itu di mana pusat tujuan turis-turis asing berdatangan.
Aku dengan santai menyiapkan barang-barang yang diperlukan untuk kuliah, "Irumi-chaaannn~", ah ada yang memanggilku. Nama asliku memang bukan Irumi. Tapi karena di Jepang tidak ada huruf L, jadi diganti dengan huruf Ru. Sehingga aku mempunyai nama panggilan baru. "Ada apa Honami-chaannnn?", tanyaku. "Cepetan! Nanti kamu bisa telat kalau gak segera berangkat!", kata Honami, teman seapartemenku. "Iya, sebentar lagi", jawabku. Aku dan Honami memang satu apartemen, dialah yang membantuku untuk bisa beradaptasi dengan kehidupan di Jepang, karena dia memang orang Jepang asli. Dia juga satu kampus denganku, sayangnya lain jurusan. Sehingga kita mempunyai jadwal kuliah yang berbeda. Dan pagi ini adalah jadwalku untuk kuliah. Aku bergegas pergi ke stasiun yang yang jaraknya hanya 15 meter dari apartemen di mana aku tinggal. Jalanan sudah cukup sepi karena waktu masuk sekolah ataupun kantor memang sudah akan tiba, yang terlihat hanya tumpukan salju yang mewarnai jalan menjadi serba putih, kumasukkan kedua tanganku ke dalam saku jaket berbulu yang aku kenakan. Rasanya aku sedang di di dalam kulkas yang suhunya sangat rendah. Walaupun aku telah memakai sarung tangan, tetap saja aku masih kedinginan. Terbersit di pikiranku tentang ayah dan ibu, 'pasti mereka tidak merasakan dinginnya salju seperti yang sekarang aku rasakan'. Ketika aku terus memikirkan ayah dan ibu tak terasa aku telah di depan kereta, kakiku mulai menjejaki kendaraan berrel itu, hampir saja aku tertinggal, "Haaahhh....untung banget deh aku tepat waktu, kalo gak aku ntar bisa ketinggalan kereta", ujarku.
Selang beberapa menit kemudian, "Stasiun selanjutnya adalah Stasiun Gifu, penumpang dengan tujuan Gifu dimohon bersiap diri", kata suara dari kereta itu. Aku bergeser ke dekat pintu untuk bersiap-siap keluar. Ku bergegas keluar dari kereta setelah pintu terbuka. Kulangkahkan kakiku menuju sebuah gedung yang dilapisi warna merah bata menjulang tinggi ke langit, terpampang dengan jelas tulisan "Asahi University" di gerbang depan bangunan itu. Bangunan yang dihiasi pohon-pohon yang melambangkan kekhasan negeri ini dengan rapi terjejer di sekitarnya. Kupercepat langkah kakiku hingga berlari kecil karena ternyata jam telah menunjukkan tepat pukul 09.00, itu artinya kuliah telah dimulai.
"Hah..hah..hah...", aku terengah-engah di depan lift yang berada tidak jauh dari pintu masuk kampus. Langsung saja kutekan tombol bertuliskan angka 7 ketika memasuki lift. Beginilah kalau repotnya kuliah di kampus yang bertingkat 55, kita harus sabar menunggu lift naik hingga ke lantai berapa tujuan kita. Pintu lift terbuka, akhirnya sampai juga di lantai 7. Aku berlari menuju ruangan yang berada di sebelah kantin. Ya, itulah ruang kelasku. Aku segera mengetuk pintu kelas, keluarlah seorang lelaki yang kira-kira berumur 40 tahun-an,"Irumi-san, kamu tau sekarang jam berapa?", tanyanya dengan sangat tegas. "Se...sekarang jam sembilan le....lewat lima sensei", jawabku terbata-bata. Sensei adalah panggilan untuk seorang guru. "Lalu, apakah kamu tahu jam berapa kelas kita dimulai?", tanyanya lagi. "Tau sensei", jawabku singkat. "Bagus. Kalau begitu karena kamu sudah tahu kapan waktu masuk kelas dan ternyata kamu terlambat maka bapak tidak akan mengizinkan kamu untuk masuk kelas", katanya. "Yaahhh, tapi Yamada Sensei, saya kan hanya telat 5 menit, boleh ya?", aku memohon pada lelaki itu yang telah bergelar profesor. "Yang namanya TERLAMBAT, mau telat 1 menit, mau telat 5 menit, atau telat 1 jam, itu sama saja TERLAMBAT. Saya mohon tolong pergi dari sini sekarang juga!", bentak Pak Yamada. Aku tak bisa membantah lagi. Yamada Sensei memang terkenal sebagai guru yang sangat tegas dan disiplin, terpaksa aku menuruti kata-katanya, "Ba..baik pak", aku langsung pergi menghilang dari pandangannya. Inilah perbedaan hidup di Indonesia dengan di sini, jangan harap kita akan dipersilahkan masuk kelas jika kita terlambat, walaupun terlambat 1 menitpun kita tidak akan pernah diizinkan masuk. Aku berjalan tak tahu entah ke mana dengan gontai, "Ahh, sial! Telat cuma 5 menit aja gak boleh masuk. Padahal aku mau ngumpulin tugas. Bisa-bisa aku dapet nilai 0 nanti. Tidaaaaaaakkkkkk!!", aku berteriak cukup kencang. Tiba-tiba seorang satpam yang entah dari mana datangnya muncul secara tiba-tiba di depanku, "Maaf mba, kalau mba ingin membuat gaduh jangan di sini! Mendingan mba pergi saja deh dari sini daripada mengganggu yang lain!", pinta satpam itu. Langsung saja aku pergi dari kampus yang membuat aku jengkel itu, hatiku sudah berkecamuk tak karuan, "Huuh, tadi diusir sama guru, sekarang diusir sama satpam, nanti siapa lagi hah??", kesalku. Setibanya di rumah, langsung saja kuceritakan kejadian yang aku alami di kampus kepada Honami. Dia tersenyum mendengar ceritaku, "Irumi, makanya kamu harus merubah sikap burukmu itu. Ingat ini bukan di Indonesia. Kamu itu sekarang lagi di negara yang serba disiplin. Gak enak kan rasanya kalo telat?". "Iya iya, jelas gak enak banget lah. Tapi kan gak perlu sampe diusir donk", jawabku.
Tak terasa tes semesteran tinggal seminggu lagi. Tapi aku masih santainya menghiraukan tes itu. Dan malam sebelum aku akan melaksanakan tes, aku baru memulai untuk belajar. Aku terus belajar dan belajar, hingga semalaman aku hampir tidak memejamkan mata. Ketika jam telah menunjukkan pukul 03.00, aku tertidur bersama buku-buku yang berserakan di kasur. Tiba-tiba saja, "BRUKK....", aku terjatuh dari kasur dan mau tidak mau harus membuka mataku. Aku terbelalak kaget dengan kondisi di kamarku yang telah disinari matahari yang menerobos lewat celah-celah jendela,"Hah! Jam berapa ini?". Kuraih jam doraemon kesayanganku,"Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaa~ Aku telat ujiaaaannnnnnnnnnn!!", Aku berteriak panik. Langsung saja aku bersiap-siap dengan kilat hanya 3 menit, dan berlari-lari ke stasiun di dekat apartemenku. Sayangnya, kereta yang akan aku naiki baru saja berangkat, "Uhh, sial! Keretanya udah berangkat lagi. Masa aku harus nunggu 20 menit buat nunggu kereta yang selanjutnya si?", kesalku. "Apa aku naik bis aja ya?", aku berpikir bagaimana solusinya. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke halte bus yang tak jauh dari stasiun. Kira-kira memerlukan waktu 5 menit hingga ada sebuah bus yang datang. Langsung saja kunaiki bus itu dan duduk di kursi paling belakang. Ini adalah pertama kalinya aku berangkat ke kampus dengan bus, biasanya aku selalu naik kereta. Karena kereta lebih irit biaya dan waktu. Pikiranku masih gelisah dengan banyak hal. Dengan pikiran yang masih gelisah itu aku tak sengaja memejamkan mataku. Terus memejam dan memejam. Hingga dengan tak kusadari aku mulai tertidur pulas disebuah bus yang akan menuju ke kampusku. Aku tak tahu sudah berapa lama tertidur di bus tersebut. Tiba-tiba seseorang menyenggolku. Seorang lelaki yang berpakaian kemeja,bercelana hitam dan berkacamata yang kelihatannya semuruan denganku duduk di sebelahku. "Maaf mba kalau saya mengganggu, ini tas mba terjatuh", katanya. "Oh tidak apa-apa, makasih ya". Kuraih tasku, dan aku mulai tersadar kalau aku baru saja tertidur pulas di bus. Aku melihat ke luar bus, rasanya tempat ini sangat asing denganku. Aku berfikir sebenarnya aku berada di mana. "Ehh, ja....jangan-jangan.....", sekali lagi kutengok jalanan di luar, tidak salah lagi, "Huaaaa~ Aku nyasar!!!!!", ucapku dengan suara lirih. Langsung saja kulihat jam tangan yang ada di tangan kiriku, "EHHHHHHH! Jam setengah dua belas!! Waaa~ Ujiannya tinggal 30 menit lagi!!". Seluruh tubuhku terasa lemas, aku sudah tidak tahu lagi bagaimana caranya agar ikut ujian, dan aku juga tidak tahu sekarang berada di mana. Kemudian lelaki tadi yang ada di sebelahku berdiri, dia akan turun. Aku juga rasanya ingin turun dari bus itu, aku tidak mau tersesat lebih jauh lagi. Langsung saja aku mengikuti lelaki itu turun. Usai turun dari bus, aku menjadi bingung sendiri. Bayangkan, aku tersesat tidak tahu di kota mana dan ini bukan negara asalku, betapa bimbangnya aku.
Tiba-tiba, lelaki yang tadi menaiki bus yang sama denganku menghampiriku, "Mba, ada perlu bantuan? Kok kelihatannya mba sangat gelisah sekali", tanyanya padaku. "Eng....aku tersesat gara-gara tadi tertidur di bus. Kalau boleh tanya, sekarang ini kita ada di daerah mana ya?", aku balik bertanya. "Ohh, ini ada di kota Nagoya mba", jawabnya. "Apa??? Nagoya? Oh tidakkk.... Aku tak punya harapan lagi untuk mengikuti ujian". Lalu lelaki itu menenangkanku, "Sudahlah mba jangan terlalu gelisah, mba bukan orang Jepang asli kan? Nanti saya bisa antar mba pulang ke kota mba kok". "Oh, beneran?", tanyaku. "Iya. Ngomong-ngomong, namaku Yamada Kyosuke, salam kenal ya". Ahh, Yamada lagi Yamada lagi, kenapa aku selalu bertemu dengan orang yang bermarga Yamada? Aku terheran-heran sendiri. "Oh iya, namaku Auria Irumi, salam kenal juga", jawabku. Akhirnya dia mengajakku pergi ke ke kafe terdekat, katanya dia ingin agar aku menenagkan pikiranku dulu. Kita saling bertukar bercerita, aku menceritakan bagaimana awal aku bisa ke Jepang. Aku pun semakin akrab dengannya. Tak terasa sudah 30 menit kita terus mengobrol. "Kyosuke-kun, aku rasa aku harus pulang", kataku. Aku memanggilnya Kyosuke-kun, ata kun merupakan bentuk panggilan yang diucapkan setelah nama untuk seorang laki-laki. "Ah, baiklah. Aku akan mengantarmu pulang sekarang", jawabnya. Aku tersipu malu, rasanya kita baru kenal tadi, tapi kita seperti sudah lama saling kenal. "Sebelumnya terima kasih ya sudah mau membantuku, maaf aku sudah sangat merepotkanmu", kataku. "Sama-sama, Irumi-chan. Tidak, kau tidak merepotkanku. Aku memang sedang tidak ada kegiatan apa-apa. Malah aku senang bisa berkenalan denganmu", jawabnya. Akhirnya dia mengantarku pulang hingga ke apartemenku. Dan aku sudah kapok lagi tidak mau berangkat terlambat, bisa gawat kalau tersesat lagi. Apalagi ini kan negeri orang, buka negeri asalku. Pokoknya, gak lagi-lagi deh.
Cerpen di atas merupakan hasil karyaku karena guru Bahasa Indonesia memberi tugas membuat sebuah cerpen. Tapi, karena kubuat dengan tergesa-gesa, yahhh...liat aja kan hasilnya gak maksimal and really so-so.
0 komentar:
Posting Komentar